Tapi jangan salah, lama kelamaan sikap posesif jadi nggak menyenangkan atau bahkan cenderung mengganggu. Bahkan, segala pengekakangan yang dilakukan si posesif akan membuat kamu seperti berada di dalam ‘penjara’ cinta dan tak lagi punya privasi.
Parahnya lagi, kalo si posesif udah mulai mengendalikan segala aktivitas dan menerapkan berbagai macam aturan untuk dipatuhi. Nggak boleh ini, nggak boleh itu, harus begini, harus begitu. Belum lagi banyaknya pertanyaan penuh curiga atau bahkan aneka ancaman yang nggak enak didengar kalo aturan si pacar dilanggar. Pastinya bikin bete kan?
Lantas, kenapa sih orang bisa menjadi bersikap posesif sama pasangannya?

“Ada banyak hal yang membuat orang jadi bersikap posesif. Misalnya aja pernah mengalami pengalaman tak menyenangkan seperti korban perceraian, dibohongi, atau pengalaman buruk lainnya,

Pacarku Posesif, Aku Harus Bagaimana?
Saat pertama kali menjalin hubungan dengannya, mungkin ia bersikap sangat manis. Ia sering mengirimimu SMS dan menanyakan kabarmu atau apa yang sedang kamu lakukan saat ini. Awalnya kamu tidak keberatan dengan perhatiannya karena kamu merasa dibutuhkan dan diperhatikan. Namun, lama-kelamaan pacarmu mulai meneleponmu ketika kamu sedang bersama teman-temanmu, sering menanyakan dengan siapa kamu akan pergi, atau bahkan melarangmu bergaul dengan orang-orang tertentu. Di sinilah kamu mulai melihat tanda-tanda keposesifannya. Kamu tidak suka diatur oleh pacar yang senang melarangmu pergi dengan teman priamu, yang tidak memperbolehkanmu memakai rok lipit selulut favoritmu, atau yang selalu meneleponmu satu jam sekali hanya untuk bertanya, “Kamu ada di mana sekarang? Sama siapa?” Berhubungan dengan pacar tukang atur dengan alasan, “Aku peduli sama kamu” memang butuh kerja keras. Kamu butuh kesabaran ekstra membantumu ‘mengendalikan’ keposesifan pacarmu. Berikut tips bagi para wanita untuk mengatasi pacar yang posesif:

  1. Kenalkan ia ke teman-temanmu
    Sikap pacarmu yang posesif biasanya muncul karena kecemburuan. Kamu pasti bertanya-tanya, “Kenapa dia harus marah ketika aku jalan dengan teman perempuanku? Dia tidak punya alasan untuk cemburu.” Jangan salah. Kecemburuannya bukan karena ia takut kehilanganmu sebagai pacar, namun karena ia merasa asing berada di antara teman-temanmu. Ajaklah dia untuk menemui teman-temanmu dan kenalkan mereka padanya. Biarkan mereka saling mengenal sehingga ia tidak merasa seperti “orang asing” ketika berada di tengah-tengah kalian. Hindari topik pembicaraan yang melibatkan masa lalumu (terlebih masa lalumu dengan mantan pacar) dan cerita-cerita yang bersifat pribadi dimana hanya kamu dan temanmu yang tahu. Awalnya mungkin pacar ataupun teman-temanmu merasa kikuk. Bersabarlah. Lama-kelamaan mereka akan akrab dengan sendirinya.
  2. Biarkan teman-teman priamu mengenalnya
    Sering kali pacarmu malas berkenalan dengan teman-teman priamu padahal kamu sudah mengenal mereka sejak TK, misalnya. Pacarmu mungkin berpikir mereka patut diwaspadai karena bisa menjadi ancaman baginya. Minta teman-teman priamu untuk membuka obrolan dengan pacarmu. Mereka bisa mengajak pacarmu untuk melakukan kegiatan bersama, seperti bermain basket, sepak bola atau hiking bersama. Dengan demikian, pacarmu akan mengenal teman-teman priamu dan tahu bahwa mereka hanyalah sebatas teman bagimu.
  3. Yakinkan ia bahwa ia tak perlu merasa cemburu
    Kecemburuan juga bisa terjadi karena pacarmu tidak percaya diri. Mungkin ia merasa tak cukup baik bagimu, apalagi ketika ia tahu kamu berteman dengan laki-laki yang lebih baik darinya dalam segi materi atau pendidikan, misalnya. Karena itu, yakinkan pacarmu bahwa hatimu hanya miliknya dan ia tak perlu merasa takut kehilanganmu. Seringlah memuji dan menghargai apa yang dilakukannya sehingga ia merasa berguna bagimu. Ketika kamu bersamanya, matikan ponselmu sehingga kamu tak perlu membaca SMS yang baru masuk ataupun menjawab telepon. Dengan demikian, pacarmu akan tahu bahwa kamu sungguh-sungguh memberikan waktumu untuknya.
  4. Buat batasan-batasan
    Ada kalanya kamu perlu juga perlu membuat batasan-batasan di antara kalian. Jika kamu selalu mengenakan tank top atau berteman dengan orang-orang tertentu jauh sebelum kamu mengenalnya, mengapa ia harus cemburu sekarang? Jika ia sungguh-sungguh memahami hubungan kalian, maka pakaian atau teman tidak akan menjadi alasan baginya untuk posesif terhadapmu.
  5. Tahu kapan harus meninggalkannya
    Benarkah ia sungguh-sunggu peduli padamu dengan bersikap posesif? Apakah keposesifannya sudah sangat mengganggu privasimu? Apakah aturan-aturannya sudah melampaui batasan-batasan yang kamu berikan? Apakah kamu takut melakukan sesuatu yang kamu sukai bersama teman-temanmu karena pacarmu akan marah jika ia tahu? Jika pacarmu sudah ‘menyimpanmu’ untuk dirinya sendiri dan melarangmu untuk melihat dunia, sudah saatnya kamu meninggalkannya. Kalian tak lagi menjalani hubungan yang sehat. Pergilah selagi kamu bisa

Pengalaman pernah dibohongi atau dikhianati pacar sebelumnya juga bisa membuat seseorang jadi bersikap posesif ketika menjalin hubungan baru. Tentunya dengan alasan nggak pengen dikhianati lagi untuk yang kesekian kalinya.
Rasa takut dikhianati itulah yang terkadang membuat seseorang cenderung mengawasi, mengendalikan, mendominasi pasangan secara berlebihan. Hingga melupakan kalo orang lain juga butuh kebebasan, privasi, serta punya kehidupan sendiri yang tak bisa dikendalikan orang lain dengan seenaknya.

“Selain dipicu rasa trauma, sikap posesif juga bisa muncul karena rasa sayang yang berlebihan pada pasangannya. Atau bisa juga karena dia merasa ‘tidak aman’ terhadap hubungan yang lagi terjalin, nggak pede dengan dirinya sendiri, curiga berlebihan dan banyak lagi,”
Sebut saja, karena pacarnya kembang sekolah atau orang ditaksir banyak orang, bintang sekolah atau sosok yang memang benar-benar disukai banyak orang. Rasa takut bakal kehilangan pacar itulah yang kerap membuat orang jadi bersikap posesif.

Selain rasa sayang yang berlebihan, sikap posesif ternyata bisa juga lho jadi cara seseorang menutupi kesalahan yang sedang dilakukannya. Misalnya aja, takut ketauan karena selingkuh, seseorang jadi berusaha menampilkan sesuatu yang beda sama pacarnya. Berusaha menunjukkan kasih sayang agar tak ketauan salah hingga akhirnya berujung pada sikap posesif. (*)

Justru Makin Posesif Kalo Dibohongi
MENGHADAPI pacar yang posesif memang nggak mudah. Soalnya, kebanyakan orang posesif akan selalu berusaha menunjukkan ‘kekuasaan’ lewat hal-hal yang kadang terasa nggak masuk akal. Tak hanya penuh larangan, tapi juga ancaman hingga perlakuan kasar lewat tamparan, tendangan, makian, atau hal-hal lain yang sifatnya kekerasan.

Itu karena, orang yang posesif cenderung pengen menguasai, mendominasi, dan mengendalikan orang yang disukai serta disayanginya. Jadi, jangan heran kalo si posesif akan selalu menjadi dalang yang bisa seenaknya mengendalikan pacarnya seperti wayang atau boneka kayu.
Sebagai manusia normal, setiap orang pastinya nggak mau dong hidup di bawah kendali orang lain. Tapi, rasa sayang terhadap pasangan kerap membuat orang lebih suka mengalah walau sering mengalami perlakuan nggak enak.

Ujung-ujungnya, seseorang lebih memilih untuk berbohong saat pengen melakukan sesuatu. Alasannya sih beragam, karena nggak pengen membuat pacar marah, malas ribut atau alasan lain.

Sekilas, kebohongan yang dilakukan terutama kalo nggak ketauan memang nggak akan jadi masalah besar. Tapi sebenarnya, bagi orang yang posesif, menerima kebohongan dari orang yang disayangi justru akan memicu ledakan kemarahan.

“Biasanya sih, orang yang posesif akan semakin marah saat tahu dibohongi oleh orang yang disayanginya. Dan akibatnya, akan semakin buruk. Bisa semakin menjadi posesif, atau bahkan semakin mengekang pacarnya agar tak terjadi kebohongan lagi,”

Jadi, daripada nekat berbohong yang berpeluang ketauan, lebih baik bicara terus terang dan membuka komunikasi dengan pacar kalo memang ada kepentingan. Lewat komunikasi yang baik, pacar pasti mau memahami keinginan kamu.

Akhiri Aja Kalo Hubungan Udah Nggak Sehat
BAGI orang yang posesif, ada cukup banyak cara yang bisa ditempuh untuk menunjukkan dominasinya di mata pasangan. Mulai menyusun sejumlah aturan yang mengikat, ancaman kalo melanggar, sampai tindakan kekerasan.

Selama dampak dari sikap posesif masih dalam tahap yang bisa ditolerir, pastinya tak ada masalah. Tapi, kalo dampaknya udah menyakiti Youngsters atau menyakiti dirinya sendiri akan jauh lebih baik kalo segera diakhiri.

Soalnya, hubungan yang tujuan awalnya pengen membangun kasih sayang tapi kalo justru menjadi ajang saling menyakiti kenapa juga harus dipertahankan?
Memang sih, bukan hal mudah mengakhiri hubungan dengan orang posesif. Karena, akan ada banyak intimidasi baik secara fisik, verbal maupun secara psikis. Tapi, kalo Youngsters nggak pengen menghabiskan hidup dalam ‘penjara’, memutuskan hubungan akan menjadi jalan yang bisa dipertimbangkan.

Apalagi, kalo pacar kamu udah mulai main kasar dan menyakiti tak hanya perasaan tapi juga fisik. Secara, masih banyak juga cowok yang lebih baik dari pacar kita saat ini. Artinya, kalo pacar udah membuat hubungan nggak sehat, udah saatnya diakhiri.

“Memang sangat dibutuhkan ketegasan saat mengambil keputusan sebelum mengakhiri sebuah hubungan. Karena, bisa saja si posesif melakukan tindakan nekat yang kadang memunculkan kembali rasa ragu dalam mengambil keputusan,”jelas Mbak Nissa.
Sebelum keputusan putus diambil, tak ada salahnya meminta bantuan pada orang yang terbuka dan kita percaya. Setidaknya, ada orang lain yang memahami persoalan yang sedang kamu hadapi. Misalnya aja sahabat atau orang yang dekat ama kamu.